Monday, 28 November 2016

Glaukoma Akut Pada Mata

Glaukoma dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Glaukoma primer umumnya bilateral sedangkan glaukoma sekunder umumnya unilateral dan disebabkan oleh penyakit lain ataupun keracunan. Obat yang sering menyebabkan glaukoma adalah steroid. 

Glaukoma primer ada 2: sudut terbuka dan tertutup. Keduanya dapat menyebabkan glaukoma akut. Sudut tertutup: aliran aqueous humour terhalang medial iris. Sudut terbuka: insersi tepi iris lebih tinggi dan menyumbat aliran aqueous humour (iris plateau). 

Glaukoma sudut tertutup primer (primary angle-closure glaucoma) ditandai dengan
1. Tekanan intraokuler (IOP) meningkat (60-80 mmHg).
2. Gejala akut (sakit kepala, nyeri mata, mual muntah, pandangan ber-halo).
3. Pemeriksaan segmen anterior ditemukan
  • Paling khas dari gonioskopi: bilik mata depan sangat dangkal
  • Kornea edem
  • Konjungtiva injeksi siliar
  • Iris bombe
  • Pupil  fixed mid-dilatasi akibat sinekia posterior. Dengan kata lain pupil tetap berdilatasi sewaktu disinari lampu terang. 
Dasar terjadinya glaukoma sudut tertutup akut adalah terhambatnya aliran  aqueous humour dari  processus ciliaris untuk dikeluarkan di  trabecular meshwork (ditunjukkan dengan arah panah pada gambar di bawah ini). 
Glaukoma Akut Pada Mata
Glaukoma Akut Pada Mata
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah GONIOSKOPI.
  • Interpretasi gonioskopi
Pada glaukoma sudut terbuka processus iridis (IP pada gambar),  scleral spur (SP pada gambar), garis Schwalbe (SL pada gambar), dan trabecular meshwork (TM – TPB pada gambar) seluruhnya terlihat dengan jelas seperti pada gambar. Jika garis Schwalbe dan  trabecular meshwork hanya terlihat sedikit berarti glaukoma termasuk sudut sempit. Jika garis Schwalbe tidak dapat dilihat sama sekali, berarti glaukoma sudut tertutup.
Gonioskopi sudut terbuka = grade 4
Gonioskopi sudut tertutup = grade 0

Glaukoma sudut tertutup akut merupakan  keadaan DARURAT OFTALMOLOGI!!
Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pertama-tama TURUNKAN  TEKANAN INTRAOKULER, dengan asetazolamid (iv atau oral) BERSAMA dengan obat topikal (sikloplegik pilokarpin 2-4% 4-6 dd 1 gtt. Dapat diganti latanoprost, apraklonidin, timolol 0.25-0.5%).
  • Pilokarpin untuk kontraksi siliar danmengkonstriksi pupil agar tidak terjadi  iskemia iris. Sudah jarang dipakai dan banyak digantikan oleh latanoprost.
  • Timolol dan apraklonidin mengurangi produksi aqueous humour.
  • Steroid topikal kadang dipakai untuk mengurangi  inflamasi  intraokuler sekunder.
  • Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) kadang dipakai untuk mengurangi volume vitreous.
2. Setelah tekanan intraokuler turun, lakukan operasi  IRIDOTOMI PERIFER dengan laser Nd-YAG. Tujuan operasi adalah untuk membuat hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakang agar iris bombe terlepas. Tindakan yang juga dapat dilakukan:  TRABEKULEKTOMI.
Syarat = belum ada sinekia anterior perifer. Jika gagal lakukan:
  • ALPI (argon laser peripheral iridoplasty).
  • IRIDEKTOMI PERIFER (operasi biasa).
3. Jika unilateral,  MATA KONTRALATERAL perlu diberi tindakan  IRIDOTOMI PERIFER LASER yang bertujuan PROFILAKSIS.

Semoga bermanfaat...!!

Sunday, 27 November 2016

Konjungtivitis Mata

Konjungtivitis Mata
Konjungtivitis Mata
Konjungtiva ada 2 macam = bulbar dan tarsal (palpebral). Termasuk mata merah tanpa penurunan visus jika tidak mengenai kornea. Jika kena kornea = keratokonjungtivitis; penglihatan bisa turun jika lesi di sentral kornea.

4 Gejala Utama yang umum ditemukan di semua konjungtivitis  (HELEP =  hyperemia, epiphora, lymphadenopathy, exudation, and pseudoptosis)
  • Mata merah dengan injeksi konjungtiva (mata merah tidak di perilimbal, melainkan difus)
  • Lakrimasi atau epifora (mata berair)
  • Eksudasi (belekan)
  • Pseudoptosis (mata susah dibuka bukan karena saraf, tapi karena infiltrat pada otot Muller)
  • Limfadenopati preaurikular.

1. Konjungtivitis infektif
    a. Konjungtivitis bakterialis
    b. Konjungtivitis gonorea dan oftalmia neonatorum
    c. Konjungtivitis viral nonspesifik
    d. Konjungtivitis herpes simpleks
    e. Konjungtivitis fungal
   f. Konjungtivitis  parasitik  (loaiasis, askariasis,  ftiriasis,  taeniasis, skistosomiasis, trikinosis, dan myiasis)
   g. Trakoma

2. Konjungtivitis noninfektif
    a. Konjungtivitis vernal
    b. Konjungtivitis fliktenularis
    c. Konjungtivitis sicca
Konjungtivitis bakterial ditandai sekret yang purulen, kadang-kadang hiperakut disertai kemosis (pada gonorea) > bisa menyebar sistemik dan jadi sepsis. Penyebab lainnya = Haemophilus influenza, Escherichia coli, dan Proteus sp.Pemeriksaan penunjang = pewarnaan Gram terhadap sekret konjungtiva. Terapi = biasanya  self limited. Antibiotik tergantung identifikasi mikrobiologik. Untuk gonorea perlu diobati segera agar infeksi tidak menyebar ke mana-mana dan jangan sampai perforasi kornea; dengan topikal (salep antibiotik polimiksin-trimetoprim) + sistemik (seftriakson 1 gram intramuskuler).
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh berbagai macam virus (adenovirus 3-4-7)– sering berkaitan dengan demam dan faringitis. Sifatnya self-limited. 

Konjungtivitis epidemika sering disebabkan adenovirus tipe 8-19-29-37. Gejala kurang spesifik = mata bengkak, merah, berair, sakit, dan tidak simetris. Kadang ada pseudomembran. Berkaitan dengan diare viral, faringitis, otitis, dan infeksi lainnya. Terapi hanya simtomatik dengan kompres; karena juga self-limited. Jangan diberi steroid.
Konjungtivitis viral spesifik herpes disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (tipe 2 pada bayi). Sakit mata bersifat unilateral dengan injeksi konjungtiva, fotofobia, iritasi; dengan vesikel-vesikel hiperemis pada sekitar mata. Jika dibiarkan dapat menjadi keratokonjungtivitis herpes yang menimbulkan ulkus dendritik kornea. Terapi dengan asiklovir salep 3% 5 kali sehari selama 7-10 hari atau minum asiklovir 5 kali 400 mg selama 1 minggu. TIDAK BOLEH DIBERI STEROID.
Trakoma = disebabkan oleh Chlamydia trachomatis 
Infeksi mengenai konjungtiva palpebral dan bulbi.
Kriteria diagnostik
1. Ada 5 atau lebih folikel di konjungtiva palpebral.
2. Scar konjungtiva pada tarsal superior (entropion + trikiasis)
3. Pannus pada konjungtiva bulbi.
4. Herbert pit pada folikel daerah limbus.
Komplikasi = entropion + trikiasis, simblefaron, xerosis, infeksi sekunder bakteri.
Terapi dengan tetrasiklin atau doksisiklin, atau eritromisin (untuk anak-anak); pada masa infeksi aktif.
Konjungtivitis  vernal  merupakan  reaksi hipersensitivitas tipe I pada konjungtiva, sering ditemukan pada orang muda yang alergi polen. SANGAT GATAL! 

Ada 2 tipe yaitu palpebral (giant papils /  cobblestone) dan limbal (tantras dot). Jika dibiarkan papil bisa membuat shield ulcers kornea. Terapi dengan steroid saja (tidak usah antihistamin!), atau jika gagal diterapi dengan mast cells stabiliser atau siklosporin. Jika ada ulkus, terapi dengan graft amnion.

Konjungtivitis  fliktenularis  adalah  reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap penyakit granulomatosa  (misalnya cacingan atau TB) atau gizi buruk. Tidak begitu gatal. Tanda: tonjolan bulat kuning pada konjungtiva + pelebaran pembuluh darah. Terapi dengan steroid lokal dan obati juga penyakit yang mendasari.

Konjungtivitis  sicca  berkaitan  dengan  penyakit autoimun (sindrom Sjoergen = trias konjungtivitis sicca,  artritis, dan xerostomia); sering pada wanita menopause. Tanda = injeksi konjungtiva, nyeri pada siang dan sore hari; dengan hasil uji Schirmer abnormal. Terapi dengan air mata buatan, kamar uap, atau steroid dosis kecil.

Semoga bermanfaat...!!!

Saturday, 26 November 2016

Keratitis Pada Mata

Keratitis umumnya mengganggu penglihatan jika terletak di sentral. Ada 2 tipe = infektif dan noninfektif. Klasifikasinya  rata-rata sama dengan konjungtivitis (lihat di bagian konjungtivitis).
Bagaimana membedakan keratitis infektif berdasarkan penyebabnya??
Keratitis Mata
Keratitis Mata
Orang yang berisiko kena keratitis:
  • Ada riwayat trauma.
  • Pemakai lensa kontak (baru pakai tidak tahu caranya; atau sudah lama pakai tapi tidak tahu cara merawatnya).
  • Pakai tetes mata steroid dalam waktu yang lama.
  • Riwayat mata merah dan mata buram hilang timbul.
  • Kadang mata silau, berair, belekan, dan kelilipan
Tanda yang ditemukan  KORNEA KERUH,  VISUS TURUN, dan  INJEKSI SILIAR dengan palpebra  hiperemis.
Keratitis noninfektif yang penting yaitu keratitis punctata dan ulkus Mooren.

Terapi keratitis
Medikamentosa
1. Terapi kausal sesuai penyebab
    a. Bakteri: salep sefuroksim-gentamisin atau salep siprofloksasin
    b. Herpes: salep asiklovir 3% tiap 4 jam
    c. Herpes zoster: minum asiklovir 5 kali 800 mg selama 7-10 hari. Ditambah analgesik per oral dan           steroid.
   d. Jamur: salep natamisin 5% tiap 1-2 jam
  e. Acanthamoeba:  poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0.02% 
2. Sikloplegik atau midriatikum
3. Antiglaukoma  peroral  untuk  mencegah komplikasi
4. Steroid topikal (tapi tidak untuk ulkus!)
Nonmedikamentosa
1. Patching pelindung
2. Debridemen jaringan nekrosis
3. Terapi laser untuk nekrotomi
4. Keratoplasti jika kerusakan sudah berat 

Ulkus Mooren
Ulkus Mooren jarang ditemukan dan termasuk salah satu keratitis ulseratif perifer akibat proses autoimun. Berkaitan dengan hepatitis C. Bentuk ulserasi biasanya seperti bulan sabit di limbus dengan infiltrat kekuningan di pinggirnya.
Ada 2 macam tipe:
1. Tipe limited: unilateral, sering menyerang orang tua (>40 tahun), dan prognosisnya lebih baik.
2. Tipe resisten: bilateral, sangat nyeri, sering menyerang orang muda, dan prognosis buruk.
Penatalaksanaannya:
1. Terapi lokal dengan kortikosteroid topikal diikuti reseksi konjungtiva, dengan siklosporin topikal, atau injeksi heparin subkonjungtiva.
2. Terapi imunosupresi sistemik (siklofosfamid, azatioprin) baru diberikan jika reseksi gagal atau  penyakit termasuk tipe resisten.
3. Operasi keratoplasti lamelar, epikeratoplasti, atau pembuatan flap.

Semoga bermanfaat..!!!

Anatomi, Refleks Cahaya & Fisiologi Neurovisual Mata

Anatomi Bola Mata
Anatomi Bola Mata
Yang  termasuk  media  refraksi  antara  lain  kornea,  pupil, lensa, dan vitreous. Media   refraksi targetnya  di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan).

Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak  tergantung  pada  pigmen  di  lapisan  anterior  iris (banyak pigmen =  coklat,  sedikit pigmen = biru,  tidak ada pigmen = merah / pada albino).

Anatomi Orbita
Anatomi Orbita

Orbita tersusun atas enam tulang tengkorak.
a. Os frontalis (fossa orbitalis) di superior.
b. Os sphenoidalis di posterior.
c. Os ethmoidalis di posterior.
d. Os lacrimalis di medial.
e. Os maxillaris (fossa orbitalis) di inferomedial.
f. Os zygomaticus di inferior.








Fisiologi Mata
Stimulus cahaya diterima oleh  N.opticus (N.II) ipsilateral dari pupil. Selanjutnya sinyal tersebut diteruskan ke chiasma optic dan terjadi persilangan sebagian serabut N.opticus dari kedua sisi. ke nucleus geniculatum medial, colliculus superior, dan akhirnya ke  nuclei Edinger-Westphal yang bersinaps langsung dengan N.oculomotorius (N.III). Serabut ini bersifat parasimpatis dan berhubungan langsung dengan ganglion siliaris; yang memberi efek parasimpatis pada mata berupa konstriksi pupil. Gangguan refleks cahaya

Jenis refleks cahaya ada 2:
1. Refleks cahaya langsung (direct response): Pupil ipsilateral disinari, pupil ipsilateral miosis. Untuk menilai fungsi N.II.
2. Refleks cahaya tidak langsung (consensual response): Pupil ipsilateral disinari, pupil kontralateral miosis. Untuk menilai fungsi N.III. Gangguan pada retina atau neuropati N.II dapat menyebabkan respons pupil jadi lemah secara unilateral namun tetap simetris, yang disebut RAPD (relative afferent pupillary defect).
 
RAPD kiri artinya: refleks cahaya langsung mata kiri lebih lemah daripada refleks cahaya langsung mata kanan.
 
Kebutaan neurologis
Ada tiga golongan besar :
1. Anopia unilateral = defek pada N.opticus anterior dari chiasma optic.
2. Hemianopia bitemporal = defek chiasma optic.
3. Hemianopia homonim bilateral = defek pada N.opticus pada retrochiasmatic.

Berikut  ini  adalah  skema  gangguan  penglihatan berdasarkan lokasi defek neurologis.
Skema  Gangguan  Penglihatan
Skema  Gangguan  Penglihatan
Semoga Bermanfaat..!!!