Saturday, 28 December 2019

Sistem Pola Tanam Konservasi (Pertanian Lahan Kering)

Sistem Pola Tanam Konservasi (Pertanian Lahan Kering)
Sistem Pola Tanam Konservasi (Pertanian Lahan Kering)

a. Pendekatan Vegetatif
    1) Sistem Pertanaman Lorong
Sistem pertanaman lorong ialah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong. Teknik budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kering di daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani.
    2) Sistem Pertanaman Strip Rumput
Sistem Pertanaman Strip Rumput ialah sistem pertanaman yang hampir sama dengan pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 m atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Penanaman Rumput Makanan Ternak didalam jalur/strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan penanamannya pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya ditengah antara barisan tanaman pokok.
    3) Tanaman Penutup Tanah
Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman  pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
    4) Mulsa
Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Macam Mulsa dapat berupa, mulsa sisa tanaman, lembaran plasti dan mulsa batu. Mulsa sisa tanaman ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
Thamrin dan Hanafi (1992) telah melakukan penelitian pengaruh mulsa terhadap tanah di lahan kering. Mulsa yang digunakan adalah seresah tanaman.  Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian mulsa dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan, sehingga kebutuhan tanaman akan lengas tanah terutama musim kering dapat terjamin. Selain itu, pemberian mulsa dapat menghambat pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah.
    5) Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga air dapat dihemat. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat hemat air.
    6) Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah.
Teknik konservasi air ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah. Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.
    7) Penentuan pola tanam yang tepat.
Penentuan pola tanam yang tepat, baik untuk areal yang datar ataupun berlereng. Pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi deficit air pada musim kemarau. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam Purwono et al, (2003) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola tanam yang optimal.

b. Pendekatan Sipil Teknis
    1) Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.
Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA, dan hillside ditches.
Teras gulud umumnya dibuat pada lahan yang berkemiringan 10 – 15 yang biasanya dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir pada waktu hujan sehingga erosi dapat dicegah dan penyerapan air dapat diperbesar. Teras Bangku adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan dengan di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga. Bermanfaat sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi. Diterapkan pada lahan dengan lereng 10-40%, tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi. Guludan adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong.

    2) Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi).
    3) Pemanenan Air hujan
Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan air  hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat digunakan pada musim kemarau.
Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia, antara lain embung dan channel reservoir. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di lahan sawah tadah hujan berdrainase baik. Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah.
    4) Dam Parit
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.
Keunggulan:
- Menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air di saluran/parit.
- Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang produktif.
- Mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri di seluruh daerah aliran sungai (DAS).
- Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi erosi dan hilangnya lapisan  tanah     atas yang subur serta sedimentasi
- Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam tanah di seluruh wilayah DAS,  sehingga              mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau.
- Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat dijangkau petani.

c. Konservasi lahan kering
Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.

d. Konservasi lahan kritis
Berbagai cara  untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan, atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan.

Sistem Tahun Bercocok Tanam (Pertanian Lahan Kering)

a. Cara penanaman tanaman tahunan
Untuk kondisi lahan kering, penambahan bahan organik seperti pupuk kandang cukup sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya pupuk kandang dalam jumlah yang cukup serta sulitnya membawa pupuk kandang dalam kondisi medan yang berbukit-bukit.  Untuk itu perlu dilakukan persiapan tanam yang cukup memadai.  Persiapan tanam yang dimaksudkan adalah ¬pembuatan lubang tanam jauh sebelum dilaksanakan tanam, penanaman leguminosa pohon (sebagai tanaman epelindung, penghasil bahan organik dan mulsa)  serta pemeliharaan bibit sebelum dipindah ke lapangan.
Penanaman sebaliknya dilakukan pada awal musim hujan, sedang¬kan pembuatan lubang tanam dilakukan 2-3 bulan sebelum tanam. Penutupan lubang dilakukan setelah ada hujan dengan mengguna¬kan tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang, abu, dan Furadan untuk mencegah berkembangnya hama.

b. Penataan tanaman tahunan
Penataan dimaksudkan untuk mendukung usaha konservasi tanah dan air dengan memberikan media tumbuh yang optimal bagi tanaman tahunan maupun tanaman pangan yang berada di bawah¬nya, sesuai dengan kemiringan lahan.
Pada dasarnya semakin miring sebidang lahan, semakin banyak jumlah tanaman tahunannya dan sebaliknya akan semakin sempit lahan yang tersedia bagi tanaman pangan semusim
.
c. Persiapan lubang tanam dan penanaman bibit tanaman tahunan.

Sistem Tahun Bercocok Tanam
Sistem Tahun Bercocok Tanam

      Setelah terkena air hujan tanah akan memadat dan turun
Sistem Tahun Bercocok Tanam (Pertanian Lahan Kering)
Sistem Tahun Bercocok Tanam (Pertanian Lahan Kering)

d. Penataan tanaman tahunan, industri/hortikultura, pada berbagai model / pola usahatani konservasi berdasarkan kemiringan lahan

Uraian         
Penyusunan tanaman pada berbagai kemirngan lahan:
               
Pola I        
Pola II       
Pola III    
Pola IV
               
(<15%)        
(15-30%)      
(31-45%)    
(>45%)
Teknik         
Tr bangku/gulud
Tr bangku/gulud
Tr gulud    
Tr individu
Konservasi     
+ LTC+rumput  
+LTC+rumput   
+LTC+rumput 
+LTC+rumput
Proporsi penggunaan lahan


Tn Pangan      
75%           
50%           
25%         
0 %
Tn tahunan     
25%           
50%           
75%         
100%
Penyusunan tanaman tahunan Golongna I


Populasi/ha    
25 pohon      
50 pohon      
75 pohon    
100 pohon
Jarak tanam    
12mx 32m      
12 x 16       
12 x 12     
12 x 8 m
Lubang tanam   
75x75x75 cm3  
75x75x75      
75x75x75    
75x75x75cm3
Dosis Rabuk    
75-100kg/lb   
75-100 kg/lb  
75-100 kg/lb
75-100 kg/lb
Arah tanaman   
Timur-Brt/kontu
Kontur        
Kontur      
Kontur
Golongan II




Populasi/ha    
160pohon      
315pohon      
475pohon    
625 pohon
Jarak tanam    
3 mx 3 m      
Barisan       
barisan     
barisan
Lubang tanam   
50x50x50 cm3  
50x50x50      
50x50x50    
50x50x50cm3
Dosis Rabuk    
20- 40kg/lb   
20- 40 kg/lb  
20- 40 kg/lb
20- 40 kg/lb
Arah tanaman   
Timur-Brt/kontu
Kontur        
Kontur      
Kontur
Golongan III




Jarak tanam
Tergantung jenis tanaman (ditanam di antara tn tahunan I & II)
Arah penanaman
Kontur
Kontur
Kontur
Kontur

Semoga Bermanfaat ...!!!

TUGAS POKOK DAN 45 FUNGSI PUSTU (PUSKESMAS PEMBANTU)


Tugas pokok dan 45 fungsi PUSTU / Puskesmas adalah sebagai berikut :
TUGAS POKOK DAN 45 FUNGSI PUSTU (PUSKESMAS PEMBANTU)
TUGAS POKOK DAN 45 FUNGSI PUSTU (PUSKESMAS PEMBANTU)

TUGAS POKOK
            Membantu Kepala Puskesmas dalam bidang pelayanan kesehatan di bidang Kebidanan

TUGAS FUNGSI
1.      Mempersiapkan pelayanan kebidanan
2.      Melaksanakan anamnesa klien / pasien pada kasus fisiologis tanpa masalah
3.      Melaksanakan anamnesa klien / pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
4.      Melaksanakan pemeriksaan fisik klien / pasien pada kasus fisiologis tanpa masalah
5.      Melaksanakan pemeriksaan fisik klien / pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
6.      Pengambilan atau penyediaan bahan laboratorium dengan melakukan pengambilan sediaan atau bahan laboratorium dengan melakukan pengambilan darah tepi
7.      Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan melakukan pemeriksaan HB darah
8.      Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada kasus fisiologis tanpa masalah
9.      Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
10.  Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus fisiologis tanpa masalah
11.  Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
12.  Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus fisiologis tanpa masalah
13.  Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
14.  Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien / pasien dengan kasus fisiologis tanpa masalah
15.  Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien / pasien dengan kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan
16.  Mempersipakan alat dan obat pada kasus fisiologis tanpa masalah
17.  Mempersipakan alat dan obat pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
18.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis tanpa masalah pada persalinan Kala I
19.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis tanpa masalah pada persalinan Kala II
20.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis tanpa masalah pada persalinan Kala III
21.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis tanpa masalah pada persalinan Kala IV
22.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus kesehatan reproduksi remaja dan monopause, klimakterium, bayi, anak dan KB AKDR
23.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis bermasalah pada persalinan Kala I
24.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis bermasalah pada persalinan Kala II
25.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis bermasalah pada persalinan Kala III
26.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis bermasalah pada persalinan Kala IV
27.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis bermasalah pada ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, Kb sederhana, hormonal oral dan suntik
28.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
29.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat melakukan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai instrumentator tindakan bedah / operasi
30.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat melakukan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai asisten tindakan bedah / operasi
31.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat melakukan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai on loop tindakan bedah / operasi
32.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat melakukan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai asisten dokter dalam tindakan bedah / operasi
33.  Melakukan konseling pada klien / pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
34.  Melakukan rujukan klien / pasien pada kasus fisiologis
35.  Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus fisiologis tanpa masalah
36.  Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
37.  Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus fisiologis tanpa masalah
38.  Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus kegawatdaruratan kebidanan
39.  Melaksanakan tugas sebagai pengelola di Puskesmas sebagai penanggung jawab tugas sore dan malam
40.  Melakukan tugas jaga / shift ditempat / di rumah sakit
41.  Melakukan tugas jaga / shift on call
42.  Melakukan tugas jaga / shift sepi pasien
43.  Melakukan tugas pada daerah konflik / rawan / daerah penyakit menular
44.  Melaksanakan asuhan kebidanan pada individu di keluarga
45.  Melakukan dan mencatat deteksi dini resiko